Minggu, 05 Juli 2009

cintailah syahadat, , ,bukan syahadat cinta

Judul Asli : PENYAKSIAN DIRI
Oleh : Ripto

“ASYHADU ALLA ILAHA ILLALLOH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAR ROSULULLOH”

(Saya bersaksi tidak ada tuhan selain Allah, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah)

Setiap orang yang akan menjadi karyawan suatu perusahaan tentunya dia akan membaca kontrak kerja yang mengatur hak dan kewajiban antara pemilik perusahaan dengan karyawan tersebut. Si karyawan tahu betul dia akan mendapat gaji setelah melakukan pekerjaan dan sipemilik perusahaan juga tahu betul dia harus membayar gaji karyawan setelah karyawan tersebut bekerja melaksanakan tugas-tugas perusahaan dengan baik dan ada hasil yang nyata. Setelah membaca dengan seksama kontrak kerja yang ditawarkan perusahaan dan sesuai dengan yang ia dambakan baru ia akan menandatangani kontrak kerja tersebut. Dan terhitung sejak ia menandatangani kontrak kerja tersebut ia terikat dengan hak dan kewajiban dengan perusahaan tempat ia bekerja.

Demikian juga dengan kontrak seorang muslim dengan tuhan-NYA yang berupa syahadattain. Dua kalimat syahadat tersebut merupakan kontrak yang harus ditandatangani didalam qolbu setiap manusia yang mengaku muslim. Tak hanya syahadat didalam lisan, tapi ia sadar betul akan hak dan kewajiban seorang hamba kepada Tuhannya. Tuhan yang memberikan segala fasilitas kehidupan baik internal Maupun eksternal bagi hamba-NYA, Tuhan yang selalu menjaga dan memelihara hamba-NYA, Tuhan yang tidak pernah berhenti sedikitpun mengingat (berdzikir) kepada hamba-NYA, Tuhan yang maha segala-galanya.

ASYHADU ALLA ILAHA ILLALLOH
Saya bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah…
Betul-betul kita menyaksikan didalam diri bahwa kita tidak akan bertuhankan kepad selain ALLAH. Betul-betul kita menyaksikan kebesaran Allah dalam setiap yang diciptakan-NYA, bisa kita lihat, kita dengar, dan kita rasakan melalui panca indra kita. Tidak akan bertuhankan kepada selain Allah secara lahir dan bathin. Betul-betul jiwa raga kita untuk Allah semata-mata mencari Ridho-Nya. Berusaha semaksimal mungkin untuk ridho/ikhlas menerima apapun yang Allah berikan baik berupa kebahagiaan maupun penderitaan, kesenangan maupun kesedihan, selalu berprasangka baik kepada Allah. Menjaga tidak ada tuhan lain selain Allah masuk ke dalam hati dan jiwa kita, tak ada lagi tuhan berupa rasa iri, tuhan dengki di dalam hati, tuhan kesombongan yang selalu merasa diri kita paling benar dan paling segala-galanya dibandingkan orang lain. Betul-betul bertuhankan Allah dalam keadaan apapun dan dimanapun. Selalu melibatkan Allah dalam setiap urusan kita sekecil apapun.

Tak ada lagi keraguan dalam diri kita, bimbang akan sirna, resah gelisah tak kan nampak. Tak akan ada ketakutan sedikitpun kecuali takut tidak mendapat Ridho-NYA. Benar-benar merasa diri ini kecil dan tak berdaya, hanya Allah yang maha Besar hanya Allah yang maha Perkasa, kekuatan yang kita miliki hanya setitik titipan kekuatan yang deberikan oleh Allah. Hinalah kita karena yang memiliki kemuliaan adalah Allah. Tak pantas sedikitpun kita menyombongkan diri karena pada dasarnya kita tak berdaya dan tak punya apa-apa.

Harta yang kita punya semata-mata titipan Allah dan pasti akan diminta pertanggung-jawabannya dan bisa Allah ambil kembali kapan saja tanpa kita bisa tawar menawar dengan Allah. Kemanakah kita habiskan harta yang kita punya ? di jalan Allah kah ? atau jangan-jangan semua harta titipan Allah hanya habis untuk kepentingan dunia kita tanpa sedikitpun kita sisakan untuk jalan Allah ? Tak pantas rasanya kita BAKHIL bin MEDIT bin PELIT atau apalah namanya.

Allah Maha Kaya dan Allah tak membutuhkan harta kita, Allah tak jadi miskin kalau seluruh orang didunia tidak bersedekah atau mengeluarkan zakat. Sungguh tak ada kerugian sedikitpun bagi Allah kalau kita Bakhil. Kita bakhil kita sendiri yang rugi. Karena perbuatan manusia yang dilaknat oleh Allah SWT (‘aduw ‘ulloh) adalah Bakhil… Harta yang kita miliki kepunyaan Allah. Dan Allah telah menitipkan fakir-miskin dan kaum duafa serta para penerima zakat yang lainnya kepada kita.. Alangkah malunya jika kita dikasih uang banyak sama seorang bos untuk dikelola sebaik-baiknya untuk kepentingan kita dan bos tersebut perpesan agar sebagian hasil uang/harta yang kita kelola itu untuk diberikan kepada fakir miskin. Pasti suatu saat sibos akan menanyakan pengelolaan uang tersebut.

Big Bos kita adalah Allah Azza Wajalla yang Maha Kaya dan memiliki segalanya, yang menggerakkan kita, yang menghidupkan kita, yang menjaga dan memelihara kita, yang mematikan kita, yang memberi kita segala-galanya apa yang kita butuhkan, Tuhan yang senantiasa membelai dengan kasih sanyang-Nya, Big Bos yang senantiasa memandikan kita dengan cucuran nikmat yang tiada terkira. Tak henti-hentinya Allah mengingat kita. Bisa kita bayangkan 5 menit saja Allah meninggalkan kita atau lupa memompa jantung kita, niscaya kita sudah ditangisi oleh orang-orang terdekat kita.

Sanggupkah kita berpaling dari-NYA ? Sungguh durjana orang-orang yang berpaling dari-Nya, sungguh durjana bagi orang-orang yang lupa berterimakasih kepada-Nya.. Apalagi bagi orang-orang yang jelas-jelas menduakan dan mempersekutukan-Nya. Na’uzubillahimindzalik.. Yang jadi pertanyaan besar didalam diri kita yang minimalnya 17 kali dalam sehari kita berjanji kepada-Nya, APAKAH KITA SUDAH BENAR-BENAR BERTUHANKAN ALLAH ? Mari kita introspeksi diri, masih adakah resah gelisah dalam diri kita ? masih adakah iri dengki dalam diri kita ? masih adakah sombong, ujub, ria dan takabur dari dalam diri kita ? Kita sendiri yang tahu jawabannya.

Pernahkah kita berpaling dan memohon serta berharap kepada selain Allah ? Pernahkah kita meragukan pertolongan Allah ? Pernahkah kita mempertanyakan keadilan Allah dan bahkan pernahkah kita menyembah dan mempersembahkan kepada selain Allah ? Mari kita sama-sama menengok ke dalam hati sanubari kita masing-masing.

WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAR ROSULULLOH
Dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah
Kita sadar betul kita hidup pada jaman sekarang dan terpaut sangat jauh dengan masa lampau masa kehidupan MUHAMMAD SAW sebagai ROSULLULLOH, bagaimana mungkin kita yang tidak pernah melihat hidupnya Baginda Rosul kok berani-beraninya bersaksi bahwa benar Muhammad adalah utusan Allah ? sehingga dengan entengnya kita bersaksi kepada Tuhan kita Allah SWT bahwa “Muhammad adalah utusan Allah sedang kita tidak pernah menyaksikannya ?” Mari kita telaah kembali kalimat penyaksian tersebut. Mungkin kalau kalimatnya dan saya mengaku bahwa Muhammad adalah utusan Allah, cukuplah syahadat kita hanya dengan pengakuan belaka tanpa harus bersaksi atau menyaksikan ? Ada apa dibalik kalimat syahadat yang kedua ?

Bersaksi betul-betul bahwa Muhammad adalah utusan Allah dengan apa kita bisa menyaksikannya ? dengan kita melangkahkan akhlak dan pribadi Muhammad Rosullulloh ke dalam diri kita ? Kita berusaha melangkahkan akhlak dan pribadi rosullulloh dalam kehidupan kita sehari-hari, sabarnya Rosullulloh, kasih sayangnya Baginda Rosul, Muhammad yang penyantun, Muhammad yang Pemaaf, Muhammad yang Jujur, Muhammad yang adil dan tak pernah pilih kasih, Muhammad yang bisa dipercaya, Muhammad yang selalu membawa kedamaian dan keselamatan, Muhammad yang tak pernah gentar dalam menghadapi ujian hidup, Muhammad yang sederhana tapi tetap menghargai orang lain, Muhammad yang pekerja Keras, Muhammad yang berani membela kebenaran. Muhammad yang selalu menjaga dan menyampaikan amanah dengan baik, Muhammad yang selalu mendoakan orang lain bahkan mendoakan orang-orang yang jelas-jelas memusuhinya…. Dan masih banyak jutaan kemulian baginda rosul yang tak bisa disebutkan satu-persatu ditulisan ini.
Intinya mulut kita mengucapkan dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah maka tangan, kaki, mata, telinga, akal pikiran dan hati kita sebagai saksi otentik berusaha semaksimal mungkin mewujudkan langkah dan perbuatan baginda Rosul dalam kehidupan kita sehari-hari.

Mari kita koreksi diri ini, pribadi Muhammad yang mana yang sudah kita langkahkan dalam kehidupan kita sehari-hari ?
Tak perlu kita mengoreksi orang lain kalau diri kita dan keluarga kita masih jauh dari langkah Muhammad ? Tak perlu kita menyalahkan orang lain kalau di dalam diri kita dan keluarga kita masih penuh kesalahan. Tak ada gunanya kita mengkafirkan orang lain sementara diri kita masih penuh dengan kekafiran ? Alangkah hinanya kita yang menuduh orang lain sesat sementara kita sendiri masih dalam kesesatan yang nyata karena kita belum mengenal Allah dan belum mengerti alamat untuk kembali kepada Allah ?

Mari kita wujudkan dua kalimat syahadat yang minimalnya 17 kali dalam sehari kita ucapkan dalam perbuatan kita yang nyata maupun yang tersembunyi. Disinilah perlunya kita melakukan jihad akbar melawan hawa nafsu, membunuh kekafiran yang ada dalam diri kita.. Dengan sungguh-sungguh dan mohon petunjuk serta perlindungan Allah mari kita sama-sama berusaha bertuhankan Allah secara benar untuk mencari Ridho Allah SWT dan berharap bisa berjumpa dengan-Nya. (Wallahu’alam Bisshawaab)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar